MAN Kotawaringin Timur

MADRASAH ALIYAH NEGERI

Kotawaringin Timur

Plus Keterampilan

KABAR MADRASAH

Harapkan Pembelajaran Lebih Bermakna, MAN Kotim Adakan Studi Lapangan

Dokumentasi

Sampit (Humas) Alam dan lingkungan sosial adalah media yang sangat baik untuk proses perkembangan kecerdasan seorang siswa. Biasanya alam lingkungan sekitar juga memberikan suasana yang berbeda dan menyegarkan. Memiliki pengalaman yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sosial dipercaya dapat mempromosikan pembelajaran yang lebih baik terhadap pendidikan dan perkembangan siswa melalui jalur yang berbeda. Untuk itulah, Madrasah Aliyah Negeri Kotawaringin Timur (MAN Kotim) berinisiatif melaksanakan Studi Lapangan, yaitu belajar secara langsung di alam dan lingkungan sosial sekitar yang di pusatkan di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Peserta studi lapangan ini adalah kelas XII jurusan IPA, IPS, Keagamaan, dan Bahasa yang bejumlah  323 dan guru pembimbing sebanyak 6 orang. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 20 November 2021 dengan diawali keberangkatan dari MAN Kotim pada pukul 07.00 WIB.

Sebelumnya para siswa berbaris di lapangan dan mendengarkan pesan-pesan dari kepala madrasah, Muhammad Rusidi. Rusidi sendiri berharap melalui studi lapangan ini para siswa akan mendapat pengalaman individual, meningkatnya keterampilan sosial, meningkatnya ranah pengetahuan, dan juga mempererat tali silaturahmi antarsiswa serta antara siswa dengan guru.

Sementara itu, Alivermana Wiguna, koordinator kegiatan mengatakan bahwa studi lapangan ini adalah satu bentuk pembelajaran dimana terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap fakta-fakta guna memperoleh data dengan cara terjun ke lapangan. Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dilakukan dengan rancangan operasional sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Dalam kegiatan studi lapangan, peserta didik yang berasal lintas peminatan atau jurusan diajak mengunjungi salah satu tempat dimana objek untuk materi pelajaran kimia, geografi, antropologi, dan fikih yang akan dipelajari tersedia di sana.

Misalnya saja untuk mata pelajaran antropologi bagi jurusan bahasa, para siswa mengadakan wawancara dengan penduduk Desa Ujung Pandaran mengenai perubahan sosial yang terjadi ditinjau dari unsur-unsur budaya, misalnya sistem ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, sistem religi, bahasa, dan juga kebiasaan lainnya di dalam masyarakat.

Sedangkan untuk mata pelajaran Fikih bagi jurusan keagamaan, bertujuan ingin mengetahui sumber hukum Islam yang mukhtalaf dengan cara mengamati dan mewawancarai warga sekitar tentang tradisi yang ada disana. Para penduduk diberi lembaran untuk mengisi jawabannya. Selain itu para siswa juga diminta mendokumentasikan kegiatan wawancaranya.

Adapun bagi jurusan MIPA salah satu kegiatannya adalah mengukur gelombang dan kadar garam laut pantai Ujung Pandaran. (ma)